Home Sweet Home
11 Desember 2004, setelah tinggal selama 1 tahun 3 bulan 6 hari, rumah kami tercinta akhirnya diberkati. Akhir November 2004 saya mencari tahu mengapa rumah saya tidak diikutsertakan dalam pemberkatan massal di perumahan saya. Ternyata saya memang terlewatkan. Entah karena ketua lingkungannya lupa atau memang saya dianggap tidak aktif di lingkungan. Maklum saja, Michael selalu pulang malam, dan saya masih malu untuk ikut kegiatan sendirian. So, nasib saya untuk mencari sendiri Romo yang mau memberkati rumah saya.
Setelah menelepon sana-sini, saya optimis kalau acara pemberkatan rumah nanti akan sukses. Semua saya persiapkan sebaik mungkin. Bahkan 2 hari sebelum acara, saya menelepon lagi untuk memastikan Romo-nya memang sudah siap. Dan jawabannya adalah: "Tenang saja. Romo sudah tahu dan akan datang pada hari Sabtu tgl 11 Desember 2004 jam 9 pagi." Dan saya pun tenang. Sampai tiba harinya, jam 6 pagi saya sudah bangun untuk merapikan rumah. Walaupun saya tidak mengundang siapa-siapa, tapi saya ingin rumah saya dalam kondisi siap untuk diberkati. Saya dandan cantik dan wangi. Michael pun sudah dari pagi saya suruh cuci kamar mandi dan rapi-rapi. Tibalah jam 9 pagi, saya menunggu sambil duduk manis di depan TV, tapi apa daya, Romo tak kunjung datang.
Jam 9:10 saya menelepon dengan hati was-was. Dan ternyata memang benar kecurigaan saya. Romo-nya tidak ada di tempat karena mendadak ada rapat di Keuskupan. Hancurlah hati saya. Niat untuk mengadakan pemberkatan rumah pudar sudah. Betapa emosinya saya sampai-sampai saya hampir membatalkan acara pemberkatan rumah hari itu. Untung saja saya gak mengundang teman-teman saya. Coba kalo tamu sudah datang... Mau dikemanakan muka saya? Tapi untungnya masih ada Romo lain yang mau menggantikan. Tapi Romo ini cuma bisa setelah jam 11 siang, dan harus saya jemput sendiri. Walhasil, saya terpaksa mengiyakan. Daripada harus mencari hari lagi di saat saya udah males banget.
Jam 11:00 berangkatlah saya ke gereja untuk menjemput sang Romo. Macet dan panas kami lewati dengan penuh semangat. Maklum, yang akan kami jemput, Romo dari Belgia. Keren donk kalo rumah kami diberkati Romo bule. Hehehe. Jam 11:30 sampailah kami di gereja. Setelah itu kami langsung jalan lagi menuju rumah. Jam 12:00, acara pemberkatan rumah dilakukan. Hanya kami bertiga. Tanpa siapa-siapa lagi. Pemberkatan rumah berjalan dengan khidmat. Air mata saya hampir menitik setiap kali satu persatu ruangan di rumah kami diberkati. Mula-mula ruang tamu, dilanjutkan dengan dapur tempat saya memasak makanan dengan bumbu cinta untuk suami, setelah itu kamar tidur kami tempat kami memadu kasih dan cinta, disambung dengan kamar mandi, kamar komputer dan car port. Setelah pembacaan doa, acara pemberkatan rumah kami pun selesai. Lega rasanya.
Walaupun sempat ada masalah muncul, saat Romo yang batal datang tiba-tiba menelepon saya dan ngomel-ngomel karena merasa saya yang membatalkan acara pemberkatan rumah, saya dan Michael tetap bersyukur karena acara berjalan dengan lancar. Kami memang tidak mengundang siapa-siapa karena kami tidak mengadakan misa pemberkatan rumah. Sebetulnya itu ide saya sendiri. Terus terang, bukannya saya pelit dengan tidak mengadakan acara ramah-tamah dan mengundang teman-teman. Tapi rasanya pemberkatan rumah tanpa keramaian lebih mengena di hati saya. Dan lebih berkesan buat saya. Itu sebabnya Michael juga setuju dengan ide saya.
Well, yang pasti, saya tidak akan pernah lupa moment indah setelah rumah kami diberkati, setelah Romo sudah diantar pulang. Kami di dalam rumah. Hanya berdua. Berdiri berhadapan. Saling menatap. Perlahan saya melihat kedua matanya berkaca-kaca. Haru. Lega. Bahagia. Campur jadi satu. Dan saat ia memeluk saya dengan erat, saya pun semakin merasakannya.
Dedicated to Michael, my lovely hubby.
Thanks yah udah nemenin aku sepanjang hari...
Ps: Thanks to Romo Ludo yang udah menyediakan waktu utk acara pemberkatan rumah kami.